Perencanaan / manajemen pengelolaan tebu harus memperhitungkan ketersediaan bahan tanam berupa bibit tebu sebelum mengusahakan budidaya tebu giling. Dampak dari penggunaan bibit tebu yang baik secara langsung akan mendukung perolehan produktivitas tebu sepanjang masukan input lainnya terjamin.
Standar bibit yang baik diarahkan untuk mendapatkan bibit dengan kualifikasi varietas yang terjamin kebenarannya, bibit bebas dari infeksi hama dan penyakit. Bibit yang diperoleh dihasilkan dari pengelolaan kebun bibit secara berjenjang ialah kebun bibit nenek (KBN), kebun bibit induk (KBI), dan kebun bibit datar (KBD). Kebun bibit nenek (KBN) merupakan kebun bibit tingkat II yang menyediakan bahan tanam bagi KBI. Kebun bibit induk (KBI) merupakan kebun bibit tingkat III yang menyediakan bahan tanam bagi KBD.
Varietas yang ditanam pada KBI mencerminkan komposisi jenis pada tanaman tebu giling yang akan datang. Kebun bibit datar (KBD) merupakan kebun bibit tingkat IV yang menyediakan bahan tanaman bagi kebun tebu giling (KTG). Bibit berasal dari kebun bibit dengan kondisi tanaman tebu telah berumur 6-7 bulan pada semua penjenjangan.
Dibutuhkan perencanaan yang jelas agar pada saat bibit tebu sudah mencapai umur tebang bisa digunakan untuk keperluan pembibitan jenjang berikutnya atau mencukupi kebutuhan tebu giling. Bibit tebu ialah pertumbuhan dari tunas yang terdapat disetiap ruas batang. Macam-macam bibit tebu adalah sebagai berikut :
1. Bibit Pucuk
Bibit pucuk dipilih tebu yang baik dan sehat, serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis tebu lain. Jumlah mata yang diambil adalah 3 – 5 mata. Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentek, supaya dapat melindungi mata dari kerusakan, bibit pucuk diikat untuk dapat dikirim. Bibit pucuk digunakan jika kekurangan bibit dari KBD. Bibit pucuk lebih mudah diangkut, karena mata tidak mudah rusak.
2. Bibit Rayungan
Bibit rayungan ialah bibit stek tebu dimana mata yang terdapat pada buku dengan sengaja ditumbuhkan lebih dahulu menjadi tunas yang berdaun 4-5 helai. Bibit rayungan diambil dari batang tebu yang telah berumur 35 sampai 45 hari. Batang bibit tebu dipotong antara ruasnya dan dapat dibuat bibit rayungan bertunas 1 atau tunas 2 sesuai dengan keperluan. Bibit rayungan yang baik (tidak rusak) dapat diperoleh dengan pemotongan yang hati-hati dan digunakan alat pemotong (pisau atau gergaji) yang tajam.
Bibit rayungan digunakan untuk tanaman di lahan basah dengan pengairan cukup. Bibit rayungan sekarang sudah jarang digunakan dikarenakan jarak antara kebun bibit dan kebun tebu giling yang jauh. Hal itulah menyebabkan tingkat kerusakan tinggi serta ketersediaan air yang kurang.
3. Bibit Dederan
Lahan tidak terpakai yang ada di tepi kebun dapat dipergunakan untuk kebun bibit. Tanah dibersihkan dari rerumputan dan kotoran-kotoran, tanah dicangkul yang dalam dan dihancurkan agar tidak berbongkahan. Tanah dipupuk dengan pupuk kandang agar subur dan mudah menyerap air. Tanah diberi pupuk ZA sebanyak ½ kg/ha setelah tanaman tampak sehat. Bibit diambil dengan didongkel (dicabut), beserta tanahnya. Bibit mulai dapat diambil setelah berumur 18-20 hari.
Bibit dederan berfungsi sebagai bahan tanam sulam yang tanaman mati. Bibit dederan mempunyai kelebihan yaitu bibit dapat langsung tumbuh sehingga resiko penyulaman semakin kecil. Bibit dederan sebelum ditanam, sebagian daunnya dipotong untuk mengurangi penguapan air.
4. Bibit Ceblok
Bibit ceblok ialah bibit yang terdiri atas beberapa ruas, antara 6-8 ruas. Tanah di dalam lubang tanaman dihaluskan dan disirami, bibit-bibit ditanam secara merapat. Satu lubang tanaman dapat ditanami dua baris atau lebih. Bibit ceblokan dapat juga digunakan untuk persediaan sulaman. Bibit ceblokan diambil ketika berumur ± 3-4 minggu. Bibit ceblokan agak susah dalam penyediaannya karena kondisi kebun bibit harus selalu dijaga kelembapannya.
5. Bibit Bagal
Bibit bagal berasal dari tanaman berumur 6-7 bulan, bibit dipotong dan kemudian diikat tanpa mengklentekkan daun pembungkusannya agar mata-mata tunas tidak rusak. Pengiriman jarak jauh, biasanya bongkokan tebu dibungkus dengan daun pucuknya. Bibit bagal lebih khusus digunakan untuk lahan kurang air.
6. Bibit Bud Chip
Metode bud chips adalah teknologi percepatan pembibitan tebu dengan satu mata tunas yang diperoleh dengan menggunakan alat mesin bor. Teknologi pembibitan tebu yang mengadopsi dari Kolumbia ini diharapkan akan tumbuh banyak anakan dengan pertumbuhan yang seragam. Penggunaan benih unggul tebu dengan pembenihan bud chips terus digalakkan pada tingkat penangkar Kebun Benih Datar (KBD) dan petani pengembang untuk memenuhi permintaan bibit dalam mendukung program bongkar ratoon dan tanam tebu baru/plant cane (PC).
Akselerasi penggunaan bahan tanam tebu bud chips merupakan penerapan teknologi budidaya tebu dalam upaya pencapaian program swasembada gula nasional. Penggunaan benih unggul tebu bud chips dalam 1 hektar (KBD) menghasilkan benih 50-60 ton setara 350.000- 420.000 mata tunas bud chips. Kebutuhan bibit bud chips dalam satu hektar pertanaman PC diperlukan 12.000-18.000 batang bibit setara 2-2,5 ton bagal.
Sehingga dalam 1 ha luasan (KBD) mampu memenuhi kebutuhan areal tanam baru/PC mencapai 29 - 35 ha. Pembuatan kebun bibit datar memerlukan biaya besar, dengan penggunaan bibit tebu bud chips ini lebih efisien dan mampu menekan luas areal (KBD) mencapai 75-80%.
Keunggulan benih tebu bud chip bagaikan ‘pendekar satu mata’ karena, setelah dipindahkan ke lapang, tebu mampu membentuk 10-20 anakan. Anakan benih bud chips akan tumbuh sempurna sampai panen 8-10 batang per rumpun sedangkan benih bagal yang terbentuk 1-4 anakan. Yang lebih membanggakan bahwa benih budchips dalam pembentukan anakan serempak pada umur 1-3 bulan.
0 Comments